Share Media

Media berbagi untuk umum seputar aplikasi, game, pendidikan, tips dan trik serta cerita pendek.

Search This Blog

Wednesday 13 December 2017

makalah variable costing dan pelaporan tersegmentasi



BAB I
PENDAHULUAN

I.1        Latar Belakang
Biaya variabel adalah biaya yang secara total bervariasi dalam proporsi langsung dengan perubahan output aktivitas. Sedangkan variable costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya membebankan biaya-biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produk. Dengan dipisahkan informasi biaya menurut prilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, metode variable costing mampu menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek, pengendalian biaya tetap yang lebih baik, dan pengambilan keputusan jangka pendek. Hal ini dimungkinkan karena dalam jangka pendek, biaya tetap tidak relevan karena tidak terpengaruh oleh pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen. Jika
biaya tetap terpengaruh dalam pengambilan keputusan jangka pendek, metode variable costing dapat menyajikan dampak keputusan terdebut terhadap biaya tetap dan laba.
Laporan laba rugi yang dihasilkan oleh sistem variable costing memperlihatkan margin kontribusi barang-barang yang dihasilkan, informasi yang sangat berfaedah dalam pengambilan keputusan. Variable costing kadangkala disebut juga direct costing (penentuan biaya pokok langsung) atau marginal costing (penentuan biaya pokok marginal). Dalam metode penentuan biaya pokok variable (variable costing, hanya biaya-biaya produksi variable saja yang dimasukkan dalam persediaan dan biaya pokok penjualan. Ketika tingkat aktivitas diukur dalam unit-unit produk yang dihasilkan, maka biaya-biaya variable biasanya terdiri atas bahan baku langsung, berkaitan dengan kapasitas produktif pabrik dan umumnya tidak dipengaruhi oleh inti produk yang dipriduksi. Oleh karena itu dalam metode penentuan biaya pokok variable, biaya overhead pabrikasi tetap tidaklah diperlukan sebagai biaya produk.
Manfaat informasi variable costing dalam pengambilan keputusan
variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan jangka pendek. Dalam pembuatan keputusan jangka pendek yang menyangkut mengenai perubahan volume kegiatan. Variable costing khususnya bermanfaat untuk penentuan harga jual jangka pendek. Ditinjau dari sudut penentuan harga, perbedaan pokok antara full costing dengan variable costing adalah terletak pada konsep penutupan biaya (concept of cost recovery).
Menurut metode full costing, harga jual harus dapat menutup total biaya, termasuk biaya tetap didalamnya. Didalam metode variable costing, apabila harga jual tersebut telah menghasilkan laba kontribusi guna menutup biaya tetap adalah lebih baik daripada harga jual yang tidak menghasilkan laba kontribusi sama sekali.

I.2        Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari variable costing dan full costing?
2.      Bagaimanakah penghitungan harga pokok produk dengan menggunakan metode variable costing dan full costing?
3.      Bagaimanakah laporan Laba/Rugi dengan metode variable costing dan full costing?
4.      Apa sajakah manfaat dari pendekatan kontribusi?
5.      Bagaimanakah pengukuran kinerja dengan metode full costing?
6.      Bagaimanakah pelaporan yang tersegmentasi?
7.      Apakah yang dimaksud dengan elemen pendapatan dan biaya?

I.3        Tujuan Makalah
1.      Tujuan Fungsional
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui dan lebih memahami mengenai variable costing dengan full costing, laporan laba rugi dengan kedua metode tersebut, pengukuran kinerja melalui metode variable costing serta mengenai elemen pendapatan dan biaya.
2.      Tujuan Individual
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan terutama bagi yang membutuhkan kedepannya nanti mengenai akuntansi manajemen dalam hal variable costing dan pelaporan tersegmentasi.






BAB II
PEMBAHASAN

II.1      Variable Costing dan Full Costing
Dalam akuntansi biaya untuk pegumpulan data harga pokok secara umum dikenal pengumpulan semua biaya produksi untuk selanjutnya diperhitungkan sebagai harga pokok produk tanpa mempertimbangkan factor perilakunya. Dalam pendekatan ini semua biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead diperhitungkan sebagai harga pokok produk tanpa memperhatikan perilakunya. Dalam akuntansi manajemen pendekatan ini disebut pendekatan Full Costin. Karena menyerap semua elemen biaya produksi sebagai komponen harga pokok produknya, maka metode ini juga disebut absorption costing.
Pendekatan full costing biasa juga disebut sebagai pendekatan tradisional menghasilkan laporan laba rugi dimana biaya-biaya diorganisir dan disajikan berdasarkan fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk kebutuhan pihak luar. Untuk penggunaan internal manajemen harga pokok produk dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan variable costing. Dalam metode ini biaya yang diperitungkan sebagai harga pokok produk adalah biaya produksi variable yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead variable.
Pendekatan variable costing atau juga dikenal sebagai contribution approach merupakan suatu format laporan biaya berdasarkan perilaku biaya. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan biaya langsung (direct approach) karena biaya variable yang menjadi harga pokok dalam perhitungannya terdiri dari biaya-biaya langsung. Laporan laba rugi yang dihasilkan pendekatan ini banyak digunakan  untuk memenuhi kebutuhan pihak internal perusahaan.








II.2      Perhitungan Harga Pokok Produk
Dalam pendekatan full costing semua unsur baiya produksi menjadi elemen harga pokok produk. Dalam pendekatan variable costing semua unsur biaya produksi hanyalah biaya-biaya produksi variable yang diperhitungkan sebagai elemen harga pokok produk.
Arus Biaya Full Costing


 















Arus Biaya Variabel Costing


 














Berdasarkan kedua gambar di atas menunjukkan perbedaan arus dan elemen-elemen biaya full costing dan variable costing. Dalam arus biaya full costing elemen baiay periodic hanya terdiri dari baiya administrasi dan penjualan. Elemen harga pokok produknya terdiri dari biaya overhead tetap, biaya overhead variable serta biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung. Dalam arus biaya variable costing elemen biaya periodik terdiri dari biaya overhead tetap ditambah biaya administrasi dan penjualan. Elemen harga pokok produknya hanya terdiri dari komponen biaya overhead variable serta biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung, tidak termasuk baiya overhead tetap.

Contoh :
Konsistensi dengan praga tersebut, misalkan PT ZAI memproduksidan menjual 5.000 unit produkX per tahun dengan harga Rp 18.750,- per unit. Berikut adalah struktur baiya produksi, pemasaran, dan administrative tahun 2000:
Biaya variable per unit:
Bahan langsung.........................................................  Rp                   1.500
Tenaga kerja langsung ……………………………...Rp                    3.000
Overhead pabrik ……………………………………Rp                      750
Penjualan, administrasi ……………………………..Rp                    2.250
Biaya-biaya tetap per tahun:
Overhead pabrik …………………………………….Rp       22.500.000
Penjualan, administrasi …………………..….………Rp         7.500.000
Total biaya tetap …………………………………….Rp       30.000.000     

Berdasarkan data di atas perhitungan harga pokok per unit produk menurut variable costing dan ful costing dapat dibedakan sebagai berikut:
                                                                                    Full                 Variabel
                                                                                    Costing           Costing           
Bahan langsung……………………………………   Rp 1.500         Rp 1.500
Tenaga kerja langsung……………………………….Rp 3.000         Rp 3.000
Overhead pabrik variable………………………..….         750                  750
Total biaya produksi variable ……………………..   Rp 5.250         Rp 5.250
Overhead pabrik tetap ( Rp 22.500.000/5.000 unit)        4.500                      -
Harga pokok per unit produk ……………………….Rp 9.750         Rp 5.250

Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa harga pokok per unit produk menurut full costing Rp 9.750 lebih besar disbanding hasil perhitungan menurut variable costing Rp 5.250. Perbedaan tersebut disebabkan dalam  full costing turut diperhitungkan biaya-biaya overhead pabrik tetap sebesar Rp 4.500 per unit. Sementara dalam pendekatan variable costing biaya tersebut tidak diperhitungkan sebagai elemen harga pokok produk.

Untuk metode full costing dalam laporan laba rugi hasil perhitungan harga pokok tersebut akan ditempatkan sebagai pengurangan atas total penjualan sebagai elemen beban pokok penjualan dalam menghitung laba bruto. Dalam metode variable costing perhitungan tersebut masuk dalam komponen biaya variable sebagai pengurang dari total penjualan dalam perhitungan marjin kontibusi.

 II.3      Laporan Laba Rugi
Karena absorption costing memperlakukan biaya overhead tetap pabriksebagai harga pokok produk,porsibiaya overhead tetap pabrik dibebankan kepda tiap unit pada saat produksi.bila unit produksi tidak terjual sampai akhir periode ,biaya overhead tetappabrik akan melekatpada tiap unit produk akan melekat padatiap persediaan dandi tangguhkan pembebanannya kepada periode npenjualan produk tersebut.pada saat unit-unit produk ini terjual pada periode berikutnya,biaya-biaya overhead tetappabrik yang melekatdi dalamnya dikeluarkandari akun persediaan dan di bebankan terhadap pendapatan sebagai bagian dai beban pokok penjulan.
Dengan menggunakan data dari contoh di atas, perbandingan laporan laba rugi pendekatan full costing dan pendekatan konstribusi dapat dilihat dari table di bawah ini.kedua pendekatan tersebut Nampak menghasilkan labausaha yang sama karena tidak terdapat factor penangguhan biaya. Yang berbeda dari antara dua laporan tersebut hanyalah jumlah pada setiap elemen biaya yang disebabkan oleh proses klasifikasi sesuai dengan kebutuhan dalam masing-masing pendekatan penyususnan laba-rugi.
Sebagai ilustrasi dengan mengadopsi data penjualan dan biaya PT ZAI di atas selanjutnya dapat di buat perbandingan laporan laba-rugi full costing dan variable costing seperti berikut ini.      Apabila dari data di atas terdapat biaya yang di tangguhkan yang melekat dalam persediaan akhir,midsalnya 500 unit dari total produksi 5.500 unit makaperbandingan laba-rugi fullcosting dan variable costing di sajikan sebagai berikut

FULL COSTING                                                                                         VARIABLE COSTING
Penjualan                                 Rp 93.75         Penjualan                                 Rp 93.750
Beban pokok penjualan                 48.750       Biaya-biaya variable                      37.500                                                                Laba bruto                               Rp 45.000       margin konstribusi                   Rp 56.250
Beban penjualan adm dan umum 18.750        biaya-biaya tetap                           30.000
Laba bersih                              Rp 26.250       laba bersih                               Rp 26.250  
Terdiri dari;                                                                                                                                       Biaya produksi;                                                                                                    
Bahan langsung (5000 unit x 1.500)                                                          Rp 7.500.000
Tenaga kerja langsung (5000 unit x Rp3000)                                                15.000.000      
Overhead pabrik variabel (5000 unit x 750)                                                   3.750.000
Total biaya produksi variable                                                                   Rp 26.250.000            

Overhead pabrik tetap                                                                                               22.500.000
Total biaya produksi                                                                                                           Rp 48.750.000
Barang siap di jual                                                                                    Rp 48.750.000                 Persedia anakhir barang jadi                                                                                             0
Beban pokok penjualan                                                                            Rp 48.750.000

Terdiri dari                                                                                         
Biaya penjualan,adm tetap                                                                        Rp  7.500.000         Penjualan,adm variable 5000 x 2.250                                                              11.250.000 Total                                                                                                               Rp  18.750.000

Terdiri dari                                                                                                     
Bahan langsung 5000 x Rp1.500                                                             Rp 7.500.000   Tenaga kerja langsung 5000 x Rp 3000                                                         15.000.000    Overhead pabrik variable 5000 x Rp 750                                                          3,750.000  penjualan, adm variable 5000 x 2.250                                                     11.250.00        Total  biaya-biaya variable                                                                       Rp 37.500.000      















FULL COSTING
Penjualan                                                                                             Rp 93.750.000                      Beban pokok penjualan:                                                                                                             Pesediaan awal                   Rp                 0                                                                                  Harga pokok produksi                             51.737.000                                                                                                                                                                                                                      Persediaan siap di jual             Rp 51.737.000
Persediaan akhir                              4.670.455                                                                     Beban pokok penjualan (b)                                                                                   46.705.545
Laba bruto c (a-b)                                                                               Rp 47.045.455                        Beban usaha:                                                                                                  
Beban adm, umum dan penjualan                                                                  18.750.000
Laba usaha                                                                                                Rp 28.295.455

VARIABEL COSTING
Penjualan                                                                                             Rp   93.750.000                                                                Biaya variable                                                                                                                          Persediaan awal                                 Rp                  0
Harga pokok produksi variabel                  28.875.000                                            Persediaan siap dijual                             Rp  28.875.000                                           Persediaan akhir                                   2.625.000                                                                      Beban pokok penjualan variable                                                                 26.250.000
Biaya penjualan dan adm                                                                            11.250.000 Total biaya variable                                                                            Rp 37.500.000
Marjin konstribusi c (a-b)                                                                            56.250.000 Biaya tetap;                                                                                                 
Biaya produksi,penjualan dan adm tetap                                                    30.000.000 Laba usaha                                                                                          Rp 26.250.000









Perhitungan untuk Variable Costing dan Full Costing:                                 
Biaya produksi                                                                                               
Bahan langsung (5000 unit x Rp 1.500)                                             Rp 8.250.000                                   Tenaga kerja langsung (500 unit x Rp 3000)                                                    16.500.000      Overhead pabrik variable (5.500 unit x Rp 750)                                       4.125.000               Total biaya produksi -  variable costing                                               Rp 28.275.000              Overhead pabrik tetap                                                                                         22.500.000                        Total biaya produksi –full costing                                                            Rp 51.375.000                                                                                                                                                                Persediaan akhir barang jadi:                                                    
Bahan langsung (5000 unit x Rp 1.500)                                              Rp   750.000            Tenaga kerja langsung (500 unit x Rp 3000)                                                     1.500.000     Overhead pabrik variable (5.500 unit x Rp 750)                                      375.000           Total persediaan akhir- variable costing                                     Rp  2.625.000          Overhead pabrik tetap            (500 x Rp 22.500.000/2.250                                 2.0245.455      Total persediaan akhir – full costing                                                  Rp   4.670.455                                                                                                                                                                             
Biaya usaha – full costing:                                                                             
Biaya penjualan,adm tetap                                                                       7.500.000 
Biaya penjualan,adm variable 5.000 x Rp 2.250                                   11.250.000
Total                                                                                                  Rp 18.750.000 

Untuk keperluan perencanaan dan pengendalian, perbedaan antara laba usaha menurut absoption costing dan variable costing dapat di hitungdengan rumus:
Selisih laba usaha                unit produksi                tarif overhead
Variable costing           =      unit                      x       tetap yang
dan Full costing                   produk terjual               diperhitungkan

Selisih laba:                                                                                                                                Variable Costing dan Full Costing    = (5.500-5.000unit) x (22.500.000/5.500)     
= 500 x Rp 4.090,91                                      
= Rp 2.045.455


Laba full costing lebih besar karena unit produksi lebih besar dari unit penjualan. apabila terdapat persediaan awal maka selisih laba kedua pendekatan dapat di hitung dengan rumus:

Selisih laba usaha                         kenaikan                                 tarif overhead
Variable costing               =          (penurunan)             x             tetap yang
Dan full costing                            produk terjual                        diperhitungkan

Misalkan persediaan awal 525 unit maka selisih laba full costing dan variabel costing menjadi Rp 101.272,75. Atau :

Selisih laba                                                                                                                                Variable Costing dan Full Costing    = (500-525) x (Rp 22.500.000/5.500 unit)
= 25 x Rp 4.090,91                
 = Rp 102.272,75

Selisih tersebut dapat di sebabkan laba full costing y            ang lebih besar atau sebaliknya laba variable costing yang lebih besar.apabila produksi lebih besar dari penjualan maka laba berish full costing akan menjadi lebih tinggi karena biaya overhead tetap pabrik di tangguhkan k edalam persediaan full costing sebagai kenaikan persediaan dan juga sebaliknya.bila produksi lebih kecil dari penjualan,maka laba bersih dari penjualan,maka laba bersih full costing lebih rendah karena biaya tetap pabrik di keluarkandari persediaan full costing  sebagai nilai persediaan.
Pengaruh produksi terhadap laba
Hubungan antara produksi dan penjualan dalam satu periode
Pengaruh Terhadap Persediaan
Hubungan antara Laba Bersih Variable dan Full Costing
Produksi=penjualan

Produksi>penjualan

Produksi<penjualan
Persediaan tidak berubah

Persediaan bertambah

Persediaan menurun
Laba bersih full costing=laba bersih variabel costing
Laba bersih full costing>laba bersih variabel costing
Laba bersih full costing<laba bersih variabel costing
           


Beberapa hal yang harus di perhatikan dari perbedaan laba-rugi dalam metode full costing dan variable costing adalah;
·               Dalam metode full costing,dapat terjadi penundaan sebagaian biaya overhead pabrik tetap pada periode berjalan ke peride berikutnya bila semua produksi tidak terjual pada periode yang sama.
·               Dalam metode variable costing,seluruh biaya tetap overhead pabrik telah di perlakukan sebagai beban pada periode berjalan
·               Jumlah persediaan akhir dalam metode variabel costing lebih rendah dari metode full costing,alasannya adalah dalam variabel costing hanya biaya produksi variable yang dapat diperhitungkan sebagai biaya produksi.
·               Laporan laba-rugi full costing tidak membedakan antara biaya tetap dan biaya variable
·               Untuk pelaksanaan manajemen pada berbagai segemen organisasi pendekatan variable costing sangat baik dalam perhitungan harga pokok per unit di banding dengan pendekatan absorpsi dalam laporan laba-rugi karena di buat berdasarkan  konsep pengelompokan  biaya menurut prilakunya

Dalam pendekatan variable costing  laba bersih tidak di pengaruhi oleh perubahan produksi sementara menurut absoption costing laba bersih di pengaruhi oleh perubahan dalam produksi.














II.4      Manfaat Pendekatan Kontribusi
            Berikut beberapa karakteristik yang menjadi keuntungan dari penggunaan pendekatan kontribusi:
·         Data yang berhubungan dengan biaya volume dan laba yang diperlukan untuk tujuan perencanaan laba dapat diperoleh dari laporan akuntansi regular. Bila tidak menggunakan pendekatan ini dalam sistem akuntansi reguler maka untuk memenuhi kebutuhan informasi untuk perencanaan laba dibutuhkan reklasifikasi data yang mana pekerjaan ini akan menyerap banyak sumber daya perusahaan
·         Laba untuk satu priode tidak dipengaruhi oleh perubahan- perubahan dalam absorpasi biaya overhead tetap pabrik yang berasal dari penimbunan atau kekurangan persediaan.
·         Biaya pabrik dan laporan laba rugi dalam bentuk variable costing lebih dekat dengan dalam mengikuti pemikiran manajemen. Pendekatan ini memungkinkan manajemen mengidentifikasi biaya-biaya yang dapat dan tidak dapat dikendalikan manajemen dalam jangka pendek.
·         Implikasi penyajian biaya-biaya tetap terhadap laba mendapat penekanan dalam variable costing atau pendekatan kontribusi. Dalam pendekatan ini dapat dilihat secara jelas kemampuan perusahaan menutupi biaya tetap dari hasil operasinya.
·         Data variable costing relatif memudahkan penilaian kinerja menurut produk, wilayah, kelas pelanggan, dan segmen lain dalam bisnis.
·         Variabel costing berhubungan erat dengan metode pengendalian biaya seperti biaya-biaya standar dan anggaran fleksibel.
·         Laba bersih variable costing lebih dekat dengan arus kas bersih dibanding dengan laba bersih absorption costing. Tidak ada biaya tetap tunai yang ditangguhkan pembebanannya terhadap pendapatan periode berjalan.









II.5                  Pengukuran Kinerja Dengan Full Costing
Dibanding variable costing, penetapan harga pokok dengan menggunakan pendekatan absorpsi tidak cukup memadai bagi perusahaan bila digunakan sebagai alat pengukuran kinerja. Metode ini tidak memberikan indikator hubungan biaya dengan obyek yang dibiayai secara rinci. Oleh karna itu dalam pendekatan ini kenaikan-kenaikan biaya pada bagian-bagian organisasi tidak dapat segera diketahui penyebabnya sehingga menyulitkan pengendalian.
Absorption costing memungkinkan para manajer meningkatkan laba usahanya dalam jangka pendek dengan menaikkan skedul produksi. Sebagai variasi dalam skedul produksi manajemen dapat menaikkan biaya penyelenggaraan bisnis tanpa diikuti oleh kenaikkan penjualan. Pengaruh yang tidak diinginkan dalam peningkatan produksi yang mungkin cukup besar dapat terjadi pada akhir periode akuntansi dimana biaya dapat meningkat karena beberapa alasan; misalnya:
·         Manajer pabrik dapat menggeser produksi kepada order yang menyerap jumlah overhead yang lebih tinggi.
·         Manajer pabrik dapat menerima order tertentu untuk meningkatkan produksinya dengan menggunakan mesin yang tidak efisien sekalipun terdapat mesin lain yang sejenis dan lebih baik dalam perusahaan untuk menangani order tersebut.
·         Untuk mencapai kenaikkan produksi, seorang manajer dapat menunda pemeliharaan sampai melewati periode sekarang. Efek negatifnya, sekalipun hasil usaha sekarang meningkat, tetapi karena peningkatan reparasi dan peralatan yang kurang menguntungkan pada masa yang akan datang maka mungkin laba akan menurun.








II.6      Pelaporan Tersegmentasi
Untuk menghasilkan laporan tersegmentasi, sebuah organisasi bisnis harus terlebih dahulu dibagi dalam segmen-segmen. Segmen ini dapat berupa bagian atau aktivitas dalam sebuah organisasi yang selanjutnya untuk segmen ini para manajer kemudian mengumpulkan data biaya, pendapatan, dan laba. Untuk keperluan manajerial data tersebut dapat disusun menjadi laporan yang tersegmentasi. Laporan tersegmentasi ini dapat berupa laporan laba rugi atau laporan lain dalam suatu organisasi yang di dalam laporan tersebut data dirinci menurut lini produk, divisi, wilayah, atau segmen organisasi sejenis lainnya. Laporan yang disegmentasikan dapat berupa :
·         Laporan divisi-divisi untuk manajer divisi. Dalam sebuah perusahaan manufaktur biasanya terdapat divisi-divisi produk bisnis, produk consumer, dan lain sebagainya.
·         Laporan tentang lini produk utama, atau menurut aktivitas.
·         Laporan penjualan menurut saluran, wilayah, dan lain sebagainya.

Dua pedoman umum yang dapat diikuti dalam pembebanan biaya terhadap segmen adalah bahwa biaya dapat dikelompokkan berdasarkan :
·         Pola perilaku biaya sehingga semua biaya dikelompokkan sebagai biaya variabel dan biaya tetap. Penyajian biaya berdasarkan karakteristik ini digunakan untuk menghitung marjin kontribusi. Informasi yang dihasilkan bermanfaat dalam mengevaluasi pentingnya keberadaan suatu produk sebagai segmen dalam menghasilkan laba.
·         Dapat atau tidaknya suatu biaya secara langsung ditelusuri hubungannya dengan segmen dimana biaya tersebut terjadi. Penyajian biaya menurut karakteristik ini dimaksudkan untuk melihat keterkaitan suatu biaya dengan segmen yang dihitung laba ruginya. Dalam kenyataannya terdapat biaya-biaya tetap yang terjadi karena adanya suatu segmen bisnis sehingga penutupan suatu segmen misalnya, dapat menyebabkan hilangnya sekelompok biaya tertentu.

Agar penyajian laporan tersegmentasi lebih informative maka laporan laba rugi sebaiknya disiapkan dengan menggunakan pendekatan variable costing yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
·         Beban pokok penjualannya hanya terdiri dari biaya-biaya produksi variabel.
·         Biaya variabel dan biaya tetap disajikan dalam bagian yang berbeda, dan
·         Kemudian dihitung marjin kontribusi yang berupa selisih penjualan dengan biaya-biaya variabel.

Sebagai ilustrasi, misalkan PT Kalakundo, Inc., memiliki divisi pakaian jadi dan bahan makanan. Divisi pakaian jadi terdiri dari produk pakaian pria dan pakaian wanita. Pakaian pria dijual melalui jalur pengecer dan penjualan via katalog. Peraga 4.6 menunjukkan laporan laba rugi PT Kalakundo yang tersegmentasi atas divisi, jenis produk, dan saluran penjualan.
Dari laporan tersebut dapat dilihat beberapa karakteristik sebagai berikut :
1.      Laporan di atas memperlihatkan tiga level segmen dalam sebuah organisasi bisnis. Divisi pakaian jadi terdiri dari bagian-bagian pakaian pria dan pakaian wanita sebagai dua segmen yang lebih kecil. Penjualan pada segmen lini pakaian pria dilakukan melalui jalur toko  pengecer dan penjualan via katalog. Dua jalur penjualan ini kemudian dianggap sebagai segmen yang lebih kecil lagi. Jenis segmen ini dalam penerapannya dapat bervariasi pada masing-masing organisasi bisnis tergantung pada prioritas pentingnya informasi bagi manajemen.
2.      Pentingnya laporan laba rugi dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontribusi.
3.      Biaya tetap segmen (Traceable fixed cost) ditempatkan sesudah marjin kontribusi untuk melihat kemampuan segmen membelanjai biaya tetapnya sesudah mendanai beban pokok penjualan variabelnya.
4.      Bagian dari marjin suatu segmen dapat menjadi biaya tetap umum dari segmen-segmen yang lebih kecil. Sebagai contoh dapat dilihat marjin segmen  pakaian pria Rp 45.000 setelah dipisahkan kedalam segmen-segmen yang lebih kecil ternyata dari jumlah tersebut Rp 10.000 di antaranya merupakan biaya tetap umum bagi segmen penjualan eceran dan penjualan via catalog.





PT KALAKUNDO, Inc. Laporan Laba Rugi Tersegmentasi Bulan Januari 1999
DIVISI SEBAGI SEGMEN                        SEGMEN                 
                        Total                           Pakaian Jadi              Bahan Makanan
Pakaian            Rp       750.000           Rp       300.000           Rp       450.000
Biaya variabel             345.000                       120.000                       225.000
Marjin kontribusi         405.000                       180.000                       225.000
Biaya tetap segmen     255.000                       120.000                       135.000
Marjin segmen 150.000           Rp       60.000             Rp         90.000
Biaya tetap bersama    127.500
Laba bersih      Rp         22.500

JENIS PRODUK                  Divisi                           SEGMEN                 
SEBAGAI SEGMEN                          Pakaian Jadi  Pakaian Pria  Pakaian Wanita
Penjualan                                 Rp 300.000     Rp 187.500     Rp 112.500
Biaya variable                               120.000            82.500              37.500
Marjin kontribusi                           180.000           105.000             75.000
Biaya tetap segmen                       110.000             60.000             50.000
Marjin segmen                                 70.000             45.000            25.000
Biaya tetap bersama                       10.000                             
Laba bersih                              Rp  60.000

SALURAN PENJUALAN                                     SEGMEN                 
SEBAGAI SEGMEN  Pakaian Pria              Eceran                        Katalog
Penjualan                     Rp 187.500           Rp 150.000                       Rp  37.500
Biaya variabel                     82.500                   55.500                             27.000
Majin kontribusi                105.000                   94.500                             10.500
Biaya tetap bersama           50.000                   27.500                             22.500


Marjin segmen                   55.000            Rp    67.000                Rp      (12.000)
Biaya tetap bersama          10.000
Laba bersih               Rp    45.000

5.      Marjin segmen merupakan hasil pengurangan traceable fixed cost dari marjin kontribusi. Informasi ini diperlukan untuk mengetahui kemampuan tiap segmen menutup biaya tetap pada segmen yang bersangkutan.
6.      Dari laporan tersebut juga dapat dilihat kemampuan tiap segmen menyumbangkan laba usaha kepada organisasi secara keseluruhan. PT Kalakundo secara keseluruhan memperoleh marjin segmen Rp 150.000. Tetapi setelah laporan disajikan ke dalam segmen-segmen ternyata bahwa dari marjin Rp 150.000 tersebut di dalamnya terdapat marjin segmen penjualan via catalog yang negative Rp 120.000. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruha PT Kalakundo mendapat laba dari segmen lain untuk membiayai kerugiannya. Dengan demikian laporan tersegmentasi dapat menunjukkan secara jelas potensi pendapatan dan biaya, serta titik-titik kritis yang terdapat dalam tiap segmen.


















II.7      Elmen Pendapatan Dan Biaya
Marjin kontribusi menggambarkan  apa yang terjadi terhadap laba yang terjadi perubahan volume. Informasi marjin kontribusi terutama sangat bermanfaat dalam keputusan jangka yang berhubungan dengan pemakaian kapasitas sementara seperti dalam analisis khusus. Marjin kontribusi merupakan suatu konsep laba yang penting bagi manajemen dalam pengendalian biaya produksi  variabel.
Biaya tetap (traceable fixed cost) adalah biaya-biaya tetap yang yang timbul karena adanya segemen tertentu dan oleh karena itu dapat diidentifikasi hubungannya dengan segmen dimana biaya tersebut terjadi. Misalnya biaya iklan untuk produk yang dijual oleh suatu divisi dalam perusahaan. Apabila penjualan produk dihentikan maka biaya iklan untuk divisi tersebut dengan sendirinya ditiadakan.
Common fixed cost adalah suatu biaya tetap yang tidak dapat diidentifikasi hubungannya dengan segemen tertentu. Segmen merupakan bagian dari total marjin yang di perhitungkan  dengan cara mengurangkan traceable fixed cost suatu segmen dari margin kontribusi segmen yang bersangkutan. Hasil pengurangan menunjukan marjin yang tersedia suatu segemen semua menutupi biayanya sendiri. Informasi ini misalnya, diperlukan dalam menilai kemampuan sebuah segmen menghasilkan penjualan untuk menutupi biaya-biaya tetapnya.
Penyajian informasi biaya-biaya yang akurat yang menjadi penting   karena memberikan dampak lansung pada keputusan manajemen berbasis biaya. Masalah yang sering timbul dalam pembebeana biaya kepada produk yang dibiayai. Faktor-faktor dibawah ini perlu mendapat perhatian dari manajemen karena sering menyebabkan pembebanan biaya tersebut, misalnya:
·         Hilangnya pembebanan biaya-biaya yang berhubungan dengan rantai nilai (velue cbain) yang meliputi biaya-biaya yang pada riset dan pengembangan,desain produk, manufacturing pemasaran, disrtibusi,dan pelayanan pelanggan atau Life cycle costing, yang meliputi semua biaya yang berhubungan dengan produk sepanjang siklus hidunya konsepsi sampai dengan hilangnya produk pasar.
·         Metode alokasi biaya yang tidak cocok diantara segmen-segmen dalam perusahaan. Subsidi silang, dasar alokasi, dan kegagalan menelusuri hubungan biaya secara langsung dengan obiyek dibiyai semuanya berpotensi menyerap ketidakcocokan alokasi biayanya.
·         Pembagian biaya-biaya bersama (common cost) diantara suatu segmen-segmen berdasarkan suatu pengaturan atau kesepakatan. Common fixed cost meliputi baya-biaya yang tidak dapat diidentifikasikan hubungan langsungnya dengan segmen tertentu dalam sebuah perusahaan. Kesulitan tersebut disebabkan biaya-biaya ini terdiri dari biaya-biaya tidak langsung.





























BAB III
PENUTUP

III.1     Kesimpulan
            Pendekatan full costing adalah metode yang menyerap semua elemen biaya produksi sebagai komponen harga pokok produknya, maka metode ini juga disebut absorption costing. Sedangkan pendekatan variable costing adalah dimana biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok adalah biaya produksi variable yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead variable. 
·         Perbedaan atau  pengaruh  penggunaan  pada Variabel Costing atau Absorption Costing (Full Costing)  yaitu : Jika kita menggunakan metode variabel costing maka biaya  tetapnya hanya pada periode berjalan  saja  sedangkan j ika menggunakan  metode absorption costing  maka  biaya  tetap yang sebelumnya telah  mengalami  proses  pada  periode  sebelumnya  akan  diakumulasikan  kembali pada periode berjalan karena pada  metode  ini  beranggapan persediaan awal pada periode  berjalan  telah  mengalami  proses  produksi  pada  periode sebelumnya dan  itu harus diperhitungkan  pada  periode berjalan.
·         Hubungan antara  Variabel Costing dan  Absorption Costing (Full Costing)dengan  laba adalah jika  kita  menggunakan  metode  variable  dan  penjualan  lebih  besar  dari produksi  maka laba akan  lebih  besar  jika  kita menggunakan  variable  costing  begitupun  sebaliknya . maka akan tercipta persamaan sebagai berikut :
1.              Penjualan > Produksi –> laba absorption costing > laba variabel costing
2.              Penjualan < Produksi –>  laba absorption costing < laba variabel costing
3.              Penjualan = Produksi –> laba absorption costing= laba variabel costing
Dengan adanya laporan segmen maka akan diketahui bagaimana kinerja dari masing-masing segmen usaha tersebut. Laporan segmen adalah laporan rugi laba yang menyajikan informasi tentang laporan rugi laba untuk setiap segmen usaha. Oleh karena itu perlu adanya marjin kontribusi yangdapat menggambarkan apa yang terjadi terhadap laba bila terjadi perubahan volume yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan jangka pendek.


DAFTAR PUSTAKA

L.M. Samryn.2000.Akuntansi Manajerial.Jakarta:Raja Grafindo
http://solusiakun.blogspot.com (diakses pada 10 Oktober 2017)



 klik link di bawah untuk download makalah ini


No comments:

Post a Comment